1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim karena sekitar 70 % wilayahnya adalah laut. Jumlah pulau dengan garis pantai 81.000 km. Dilihat dari posisi geografis wilayah kepulauan Indonesia secara umum memilki kondisi sumberdaya yang sangat besar. Salah satunya sumberdaya tersebut adalah ekosistem terumbu karang yang keberadaanya tersebar di beberapa kawsan perairan pantai wilayah Indonesia. Kurang lebih 14 % terumbu karang dunia berada di perairan Indonesia yang luasnya mencapai 75.000 km¬2 dari seluruh ekosistem yang ada di perairan.
Tapanuli Tengah merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Utara yang mempunya potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat kompleks salah satunya adalah terumbu karang. Salah satu Kecamatan yang terletak di pesisir Tapanuli Tengah adalah Sorkam Barat. Kecamatan ini merupakan kawasan pesisir yang memiliki kawasan ekosistem terumbu karang yang salah satunya terdapat di kawasan pantai Binasi dan sebagian besar penduduk di kawasan tersebut bekerja sebagai nelayan.
Terumbu karang mempunyai peran yang sangat penting dalam ekosistem perairan pesisir, terutama bagi biota laut yang hidupnya saling berasosiasidengan terumbu karang. Terumbu karang berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak, sebagai tempat tinggal (habitat), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbaga biota yang hidup di terumbu karang atau sebaliknya.
Meningkatnya jumlah penduduk di sertai aktivitas manusia telah menyebabkan kerusakan ekosistem tersebut, baik terhadap terumbu karang itu sendiri maupun terhadap berbagai jenis biota yang hidup di sekitar terumbu karang. Pada jenis-jenis biota tersebut mempunya nilai ekonomis yang sangat tinggi, dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan bagi nelayan. Dari hasil penelitian para ahli ekosistem terumbu karang di Indonesia mencapai taraf yang sangat parah, di ketahui kondisi terumbu karang tersebut 70 % kondisinya rusak/sangat rusak, 24 % kondisinya masih baik, 6 % kondisinya sangat baik. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat degradasi (kerusakan) lingkungan pesisir di Indonesia sudah sangat parah.
Kerusakan ekosistem terumbu karang tersebut dapat di sebabkan oleh pencemaran limbah dan sedimentasi, kerusaan akibat penambangan karang, kerusakan akibat penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom ikan, operasi kapal-kapal trawl, dan lain-lain, pengambilan terumbu karang sebagai souvenir dan kerusakan oleh alam. Diantara penyebab tersebut di atas kerusakan sebagian besar di sebabkan oleh penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan penambangan karang untuk kebutuhan bangunan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang berkaitan dan membahas tentang peranan terumbu karang, penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang dan dampak kerusakan terumbu karang tersebut terhadap biota laut dan masyarakat nelayan serta penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan penyuluhan perikanan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang dan solusi penanggulangannya.
2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya peranan terumbu karang sebagai penunjang ekosistem biota laut.
3. Mengidentifikasi kondisi kerusakan terumbu karang dan dampaknya terhadap tingkat pendapatan nelayan.
II. RENCANA KERJA
2.1 Masalah
Adapun masalah yang diidentifikasi dalam kegiatan penyuluhan perikanan di kawasan pantai Binasi Sorkam Barat adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan ekosistem terumbu karang
2. Penangkapan ikan tidak ramah lingkungan (PITRAL)
2.2 Kegiatan Dan Tujuan Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah dengan melakukan kunjungan kepada kelompok nelayan dan kelompok masyarakat di daerah tersebut dan melakukan wawancara (interview) berupa tanya jawab (diskusi). Adapun tujuan dari pada kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Agar masyarakat mengerti manfaat dan peran daripada terumbu karang untuk kemudian menjaganya, memelihara dan tidak merusaknya.
2. Agar masyarakat melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan untuk menghindari rusaknya habitat ikan seperti terumbu karang.
2.3 Metode Dan Lokasi Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut adalah metode kunjungan kelompok yaitu mengunjungi kelompok-kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar di kawasan tersebut terutama para nelayan.
Lokasi penyuluhan di laksanakan di Kawasan Pantai Binasi, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah.
III. PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan berbagai kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya yaitu antara lain :
1. Waktu : Senin, 11 Mei 2009
Kegiatan : Observasi
Tujuan : Meneliti keadaan terumbu karang di sekitar dan alat penangkpan yang digunakan oleh nelayan di lokasi penyuluhan.
2. Waktu : Rabu, 13 Mei 2009
Kegiatan : Promosi (Pembagian brosur)
Tujuan : Menyadarkan dan membangkitkan minat masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang terumbu karang.
3. Waktu : 16 Mei 2009
Kegiatan : Interview
Tujuan : Mengetahui kondisi terumbu karang di daerah tersebut serta peran masyarakat di dalam menjaga dan memeliharanya dan memberikan arahan atau solusi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang.
IV. PEMBAHASAN
4.1 Hasil / Pencapaian.
4.1.1 Keadaan Umum Lokasi Penyuluhan
Pantai Binasi yang terletak di Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kawasan wisata yang ramai dikunjungi oleh pengunjung setiap harinnya, sebagian besar pengunjung di kawasan tersebut berasal dari luar daerah, sehingga hal tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat di lingkungan tersebut untuk membuka usaha seperti membuka warung, rumah makan, dan penjualan cendera mata atau souvenir, sehingga kawasan tersebut merupakan penunjang ekonomi masyarakat sekitarnya. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut bekerja sebagai nelayan penangkap ikan dan yang lainnya berjualan di sekitar pantai.
Di daerah tersebut terdapat lembaga pendidikan seperti Sekolah Dasar (SD) ada 1 (dua) Unit, Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada 1 (satu) unit dan juga terdapat lembaga kesehatan berupa 1 (satu) unit Puskesmas Pembantu (Pustu).
4.1.2 Kondisi Terumbu Karang
Kondisi terumbu karang di kawasan Pantai Binasi Sorkam Barat mulai mengalami kerusakan yang sangat perlu di perhatikan. Meningkatnya aktivitas penduduk di sekitar kawasan tersebut berdampak pada keberadaan terumbu karang di kawasan tersebut, baik itu terhadap terumbu karang itu sendiri maupun terhadap biota laut yang bernilai ekonomis yang tinggi dan merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat nelayan di kawasan tersebut.
Dari hasil pengamatan langsung di lokasi, ada beberapa hal yang merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan terumbu karang di kawasan tersebut yaitu :
1. Penambangan Karang
Sebagian kecil masyarakat di kawasan tersebut bekerja sebagai penambang karang, baik yang berasal dari kawasan itu sendiri maupun dari luar. Penambangan karang dilakukan untuk kebutuhan bahan konstruksi bangunan atau untuk timbunan. Aktivitas ini tampa di sadari masyarakat telah menimbulkan kerusakan pada terumbu karang yang berdampak pada kelangsungan hidup biota laut lainnya yang merupakan sumber penghasilan nelayan.
2. Kapal /Perahu Nelayan
Adanya ketidakberaturan lokasi berlabuh membuat kapal/perahu nelayan berlabuh di sembarangan tempat, sehingga tampa disadari jangkar-jangkar yang dilabuhkan mengenai daerah terumbu karang dan hal tersebut bisa menyebabkan kerusakan pada terumbu karang bahkan bisa berakibat fatal bila hal tersebut tidak di perhatikan dan terjadi secara terus-menerus.
3. Kebutuhan Souvenir
Sebelumnya telah diuraikan bahwa Pantai Binasi merupakan kawasan yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan daerah maupun dari luar daerah, hal ini di manfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk membuka usaha berupa penjualan souvenir, dimana souvenir tersebut adalah karang-karang yang didesain sebaik mungkin sehingga menarik minat pembeli. Pengambilan karang sebagai souvenir dapat menyebabkan kerusakan yang sangat fatal bila dilakukan terus menerus oleh masyarakat dikawasan tersebut.
4.1.3 Peran Masyarakat
Meningkatnya aktivitas masyarakat di daerah ini membuat tingkat kebutuhan semakin tinggi dan tentu berdampak bagi ekosistem di sekitarnya seperti terumbu karang.
Berdasarkan hasil tinjauan lapangan (observasi) dan wawancara (interview) dengan berbagai kelompok masyarakat di sekitar Kawasan Pantai Binasi dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman masyarakat tentang pentingnya peranan terumbu karang masih kurang ditambah lagi dengan faktor kebutuhan yang membuat masyarakat memanfaatkan terumbu karang untuk kebutuhannya tampa memperhatikan kelestarian terumbu karang tersebut. Sehingga peran masyarakat dalam pemeliharaan terumbu karang sangat kurang.
Untuk itu di harapkan melalui kegiatan penyuluhan ini dapat membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya memelihara dan menjaga kelestarian terumbu karang untuk kelestarian laut kita kedepan sebab terumbu karang sehat ikan berlimpah.
4.2 Kesimpulan
Dari uraian – uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan :
1. Keadaan terumbu karang di kawasan pantai Binasi Sorkam Barat mulai mengalami kerusakan karena kurang di perhatikan kelestariannya oleh masyarakat sekitar.
2. Penyebab kerusakan terumbu karang di kawasan tersebut di akibatkan oleh adanya kegiatan penambangan karang dan penggunaan alat tangkap yang tidak memperhatikan keberadaan terumbu karang.
3. Tempat berlabuhnya kapal atau perahu nelayan yang tidak memperhatikan tempat melabuhkan jangkar, sehingga melabuhkan jangkar di daerah-daerah di mana terdapat terumbu karang yang menyebabkan kerusakan pada terumbu karang.
4. Masyarakat di kawasan pantai Binasi Sorkam Barat kurang memperhatikan kondisi terumbu karang di daerahnya.
4.3 Rencana Tindak Lanjut
Dari uraian – uraian tersebut di atas maka kedepan perlu di laksanakan kegiatan – kegiatan, sebagai berikut :
1. Penyuluhan tentang pentingnya ekosistem terumbu karang bagi kehidupan biota laut dan peningkatan pendapatan nelayan serta tentang penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan.
2. Perlu adanya penerapan kebijakan tentang larangan melakukan penambangan karang oleh pemerintah.
3. Dibuatnya aturan atau kebijakan yang mengatur tempat atau lokasi yang khusus sebagai tempat berlabuhnya kapal / perahu nelayan.
4. Pemerintah hendaknya memberikan pelatihan mata pencaharian alternatif dan modal usaha bagi masyarakat khususnya kepada para penambang karang sehingga dapat membuka usaha lain dan tidak menambang karang.
V. PENUTUP
Dari hasil penelitian, terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan yang sangat parah, di peroleh data terakhir bahwa keadaan terumbu karang kita 70 % mengalami kondisi yang rusak/sangat rusak, 24 % kondisinya baik dan hanya 6 % yang kondisinya sangat baik. Hal ini tidak lain karena akibat dari aktivitas manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungannya, terlebih aktivitas di wilayah pesisir semakin meningkat dan berdampak bagi ekosistem di sekitarnya.
Kawasan Pantai Binasi Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu dari daerah-daerah di Indonesia yang juga mengalami kerusakan terumbu karag yang sama, yang tidak lain disebabkan oleh ulah manusia. penambangan karang, kapal-kapal dan perahu nelayan yang berlabuh di sembarangan tempat dan pengambilan terumbu karang untuk souvenir merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan terumbu karang di kawasan ini. Dan hal ini terjadi karena desakan faktor kebutuhan dan kurangnya pemahaman masyarakat di daerah tersebut tentang pentingnnya terumbu karang.
Untuk itu dengan diadakanya penyuluhan ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya menjaga dan memelihara terumbu karang sebagai ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan biota laut dan mempunyai dampak bagi masyarakat itu sendiri. Dan diharapkan juga kepada Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang yang menyangkut tentang larangan pengerusakan terumbu karang sehingga ekosistem terumbu karang tersebut dapat terlindung dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.