PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas laut mudah dibudidayakan dengan biaya yang relatif murah dan memilki nilai ekonomis sebagai bahan pangan, bahan baku industri obat – obatan, tekstil, kosmetik, dan lainya. Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar dan daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut dengan thallus.
Indonesia pada saat ini membutuhkan pasokan produksi rumput laut kering yang cukup tinggi untuk kebutuhan ekspor dan bahan baku industri dalam negeri. Seiring ddengan menguatnya gerakan kembali kea lam ( Back to nature ), pemanfaatan rumput laut kian dimaksimalkan dan mempunyai peluang besar untuk di optimalkan dalam pengembangan rumput laut secara terpadu.
Beberapa jenis rumput laut yang ada di Indonesia dan bernilai ekonomis seperti eucheuma sp., Gracilaria Sp., Gelidium Sp., dan Hypnea Sp. Salah satu dari jenis – jenis rumput laut diatas yang sedang diminati untuk dibudidayakan adalah eucheuma Sp. jenis ni menghasilkan karaginan ( Carragenophyte ) sebagai bahan baku dalam usaha industri makanan, farmasi, kosmetik dan lain sebagainya.
Walaupun prospek bisnis rumput laut begitu cerah tetapi dalam upaya pengembanganya masih banyak kendala yang di hadapi menyangkut teknik budidaya, ketersediaan bibit yang berkualitas, disamping itu juga adanya faktor perubahan kondisi perairan dan musim yang sangat mempengaruhi kualitas rumput laut yang di hasilkan. Selain itu di bagian pengolahan, faktor pengetahuan tentang pentingnya kulitas rumput laut menjadi kendala utama.
Tujuan.
Adapun tujuan dari pada penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang teknik budidaya rumput laut.
2. Untuk mengetahui kendala – kendala dalam budidaya rumput laut
3. Sebagaiinformasi bagi petani atau pengusaha yang ingin membuka usaha di bidang budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp.
Klasifikasi Dan Morfologi Eucheuma sp.
Secara taksonomi rumput laut, rumput laut di kelompokan ke dalam Divisio Thallophyta. Berdasarkan kandungan pigmenya, rumput laut di kelompokan menjadi 4 ( empat ) kelas (Othmer, 1968 ; Anonim, 1977 ) yaitu sebagai berikut .
1) Rhodophyceae ( Ganggang merah )
2) Phaeophyceae ( Ganggang cokelat )
3) Cholorophyceae ( Ganggang hijau )
4) Cyanophyceae ( Ganggang biru-hijau )
sedangkan taksonomi eucheuma sp. adalah sebagai berikut.
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Solierisceae
Marga : Eucheuma
Jenis : Eucheuma Spinosium ( Eucheuma Denticalitum )
Eucheuma Cottonii ( Kappaphycus Alvarezii )
Bentuk tubuh dari pada Eucheuma Sp. yaitu thallus berbentuk silindris; permukaan licin; thallusnya bersifat Cartilageneus ( menyerupai tulan rawan / muda ); percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, sekitar percabangan ditumbuhi nodulus ( tonjol-tonjolan ), dan duri lunak / tumpul untuk melindungi gametangia; serta berwarna hijau terang, hijau olive, dan coklat kemerahan. Percabangan bersifat alternates ( berselang seling ), tidak teratur, serta dapat bersifat Dichotomous ( percabangan dua-dua ) trichotomous ( sistem percabangan tiga-tiga ).
Habitat Eucheuma Sp.
Rumput laut Eucheuma Sp. memerlukan sinar matahari untuk berfoto sintesis. Oleh karena itu rumput laut jenis ini hidup pada lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh inar matahari masih dapat mencapinya. Di alam, jenis ini biasanya berkumpul dalam suatu komunitas atauu koloni dan indicator jenisnya ( species indicator ) antara lain jenis-jenis Caulerpa, Hypnea, Turbinaria, Gracilaria, dan Gelidium. Jenis ini hidup di rataan terumbu karang dangkal sampai pada kedalaman 6 meter, melekat di batu karang, cangkang, kerang, dan benda keras lainya sebagai tempat menempel atau substrat. Faktor yang pling berpengaruh pada pertumbuhan jenis ini adalah cukup arus dengan salinitas ( kadar garam ) yang stabil, yaitu sekitar 28 - 35 ppt. Oleh karenanya, rumput laut jenis ini akan hidup baik bila jauh dari sumber air tawar, jenis ini paling diminati untuk dibudidayakan dengan menggunakan metode rawai ( Long line method ).
Hama Dan Penyakit.
Kendala yang cukup berarti dalam budidaya rumput laut adala masalah hama dan penyakit yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan kerusakan yang cukup tinggi dalam usaha budidaya sehingga mengakibatkan kerugian.
Hama dapat berupa serangan ikan ( herbivora ), penyu, atau predator lainya yang bersifat pemakan tumbuhan. Predator ini tidaj hanya merusak tanaman rumput laut tapi juga konstruksi budidaya. Pada umumnya, tanaman yang di serang
adalah tanaman yang berada dekat perairan dengan dasar terumbu karang atau karang berpasir di sekitar pantai.
Penyakit pada rumput laut merupakan suatu gejala gangguan fungsi atau terjadinya perubahan fisiologi pada tanaman. Pada umumnya, hal ini terjadi akibat adanya perubahan faktor lingkingan yang ekstrem, seperti perubahan nutrisi, temperratir, salinitas, pH dan tingkat kecerahan air. Penyakit yang sangat umum terjadi yaitu penyakit ice-ice yang ditandai dengan perubahan warna pada beberapa bagian thallus menjadi pucat dan bercak putih yang kemudiian meluas pada keseluruan thallus. Pada bagian berwarna putih tersebut thallus akan menbusuk kemudian mati.
TEKNIK BUDIDAYA
1. Pemilihan Lokasi.
Salah satu faktor keberhasilan suatu usaha budidaya adalah pemilihan lokasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya yaitu sebagai berikut.
1. Faktor Utama
a) Faktor Resiko :
a. Lokasi terlindung
b. Lokasi aman dari gangguan pencurian dan sabotase
c. Konflik kepentingan dan,
d. Tidak pada jalur pelayaran.
b) Faktor Kemudahan :
a. Sarana transportasi
b. Sarana budidaya
c. Pemasaran hasil panen dan,
d. Tenaga kerja dari daerah sekitar.
c) Faktor Ekologi :
a. Aliran arus yang baik ( 20-40 cm/detik ).
b. Dasar perairan ( pecahan karang, pasir kasar ).
c. Kedalaman air berkisar 30-60 cm pada waktu surut.
d. Salinitas 28-35 ppt.
e. Kecerahan air ideal 1 meter.
f. Terhindar dari limbah pencemaran.
g. Suhu air 26-30’C.
h. pH 7,3-8,2.
i. Jauh dari sumber air tawar.
j. Bibit mudah di dapatkan.
2. Faktor Pendukung.
a. Musim, pada kendala ini budidaya rumput laut di arahkan pada upaya mempertahankan bibit, tidak mengharapkan panen produksi.
b. Manajemen, Pemilik budidaya berperan ganda sebagai manejer atau petani. perlu diperhatikan banyaknya tanaman yang mampu dikelola petani, jika mengeloa melebihi kebiasaan akan berdampak negative dan tidak efektif.
c. Tata Letak, Dalam menempatkan tanaman harus di perhatikan arah arus yang dominan dilokasi budidaya, terlindung dari gelombang / ombak yang besar serta jauh darri sumber air tawar seperti muara sungai atau aliran mata air tawar dari darat.
2. Persiapan Penanaman.
Persiapan penanaman rumput laut meliputi penyediaan peralatan dan bahan budidaya yang dibutuhkan sesuai dengan metode budidaya yang akan digunakan seperti patok, tali ris, tali utama, jangkar, pelampung, bibit rumput lauut dan berbagai peralatan atau bahan lain yang di butuhkan dalam kegiatan penanaman tersebut.
3. Pemilihan Bibit.
Bibit yang akan digunakan dalam budidaya rumput laut harus berkualitas baik agar tanaman dapat tumbuh sehat. Oleh karena itu perlu di perhatikan kriteria bibit yang baik sebagai berikut.
1. Bibit yang di gunakan merupakan thallus muda yang bercabang banyak, rimbun, dan berujung runcing.
2. Bibit tanaman harus sehat dan tidak terdapat bercak, luka, atau terkelupas sebagai gejala atau akibat dari penyakit ice-ice atau terkena bahan cemaran seperti minyak.
3. Bibit rumput laut harus terlihat segar dan berwarna cerah.
4. Bibit harus seragam dan tidak bercampur dengan jenis yang lainnya.
5. Berat bibit awal di upayakan seragam, sekitar 100 g per ikatan/rumpun.
4. Metode Penanaman .
Secara umum dikenal beberapa macam cara atau metode penanaman rumput laut berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan yaitu antara lain sebagai berikut.
1. Metode Dasar.
Penanaman dengan metode ini dilakukan dengan mengikat bibit tanaman rumput laut pada batu karang atau pemberat yang sesuai untuk kemudian di sebar ke dasar perairan.
Keuntungan dari pada metoe ini tidak membutuhkan biaya besar, penanaman mudah di lakukan dan tidak membutuhkan kegiatan pemeliharaan yang rumit. Adapun kelemahan daripada metode ini yaitu hasilnya kurang baik dan tanaman akan mudah terserang predator seperti bulu babi dan yang lainya selain itu tanaman akan mudah hilang terbawa arus.
2. Metode Lepas Dasar ( Off bottom method ).
Metode ini menggunakan patok dari bambu atau kayu yang di tancapkan pada lokasi budidaya dan tali-tali dibentangkan antara patok tersebut. Adapun tahapan penanaman dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut.
Beberapa potong thallus seberat kira – kira 100 gram diikatkan pada tali ris dengan jarak antara bibit tanaman adalah 25 cm.
Sementara itu dilokasi budidaya di tancapkan barisan patok yang terbuat dari kayu atau bambu sedalam kira – kira 0,5 meter. Jarak tiap patok dalam barisan adalah 0,5 meter, sedangkan jarak antar patok dalam barisan adalah 2,5 meter.
Patok – patok yang terdapat dalam satu barisan di hubungkan dengan tali ris utama.
Tal iris yang berisi bibit tanaman, masing – masing di rentangkan di lokasi budidaya , kemudian diikatkan pada tali ris utama.
3. Metode Rakit Apung ( Floating rack method ).
Metode ini menggunakan bambu atau kayu sebagai media apung, metode cocok ini pada daerah dengan kedalaman waktu surut lebih dari 1 meter. Adapun tahapan teknik budidaya dengan metode ini adalah sebagai berikut.
Potongan bambu dan kayu dirangkaikan dan diikatkan seperti tampak pasa gambar. Selanjutnya di beri pemberat dengan cara jangkar diikatkan pada rakit dengn bantuan tali ris berdiameter 12 mm.
sementara itu tanaman/bibit rumput laut yang telah diikat pada tali ris dengan berat bibit 100 gram dan jarak antara tanaman 25 cm.
Akhirnya tali ris yang sudah berisi tanaman diikatkan pada rakit. Pengikatan ini dapat dilakukan di darat atau dapat juga di lakukan di lokasi budidaya.
Tambahkan pelampung jika perlu.
4. Metode Rawai ( Long line method ).
Metode rawai merupakan cara yang paling banyak diminati petani rumput laut karena di samping fleksibel dalam pemlihan lokasi, juga biaya yang di keluarkan lebih murah. adapun teknik budidaya rumput laut Eucheuma sp. dengan metode ini adalah sebagai berikut.
Ikat bibit rumput laut pada tali ris dengan jarak antar bibit 25 cm dan panjang tali ris mencapai 50 – 75 cm atau sesuai keinginan petani rumput laut.
Ikatkan jangkar pada kedua tali utama yang di bawahnya sudah diikatkan pada jangkar, batu karang atau pemberat.
Untuk mengapungkan rumput laut ikatkan pelampung dari Styrofoam,atau dari botol plastik atau jika ada pelampung khusus, upayakan jarak bibit dengan permukaan laut berkisar 10 – 15 cm, dengan penetapan posisi pelampung yang tepat.
Pada satu bentangkan tali ris utama dapat diikatkan beberapa tali ris dengan jarak antara tali ris 1 meter. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi beradunya tali ris akibat ombak atau arus laut.
5. Pemeliharaan.
Memelihara rumput laut berarti mengawasi perkembangan rumput laut secara terus menerus dan juga keadaan konstruksinya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam kegiatan pemeliharaan yaitu sebagai berikut.
Menyisipi tanaman yang hilang dalam setiap ikatan.
Bersihkan tanaman serta tali tanaman dan konstruksi dari kotoran lumpur atau tumbuhan dan hewan pengganggu yang melekat.
Ganti konstruksi yang sudah lapuk, rusak atau patah.
Kuatkan atau ganti tali tanaman atau tali ris yang lepas atau longgar.
Mengganti tanaman yang membusuk, rusak atau terkena ice-ice.
6. Penanganan Panen Dan Pasca Panen.
Akhir dari suatu kegiatan budidaya adalah panen dan pasca panen. Pada saat inilah, akan di ketahui baik buruknya kualitas dan kuantitas rumput laut yang di budidayakan . Kualitas dan kuantitas produksi rumput laut akan baik jika telah dipersiapkan lokasi yang benar, pemilihan bibit yang baik, metode penanaman yang tepat, dan pemeliharaan yang benar.
1. Panen.
Selain teknik budidaya, keberhasilan budidaya rumput laut juga di tentukan oleh teknik pemanenan, penanganan pasca panen, umur tanaman dan cuaca pada saat pemanenan. Untuk pengenmbangan bibit rumput laut dapat di panen pada umur 21 – 25 hari, sedangkan untuk produksi dapat dipanen pada umur 6 – 8 minggu. Adapun tahapan cara pemanenan adalah sebagai berikut.
Bersihkan rumput laut sebelum dipanen.
Lepaskan tali ris yang berisi tanaman rumput laut yang dipanen dari tali utama.
Bawa rumput laut ke daratan, lepaskan rumput laut dari tali ris an petik thallus muda untuk di jadikan bibit pada penanaman berikutnya.
2. Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca panen merupakan kegiatan atau proses yang di mulai sejak tanaman dipanen, yaitu meliputi penyucian, pengeringan, sortasi, pengepakan dan penyimpanan.
1. Pencucian.
Rumput laut di cuci dengan air laut sebelum diangkat ke darat, dari kotoran – kotoran yang menempel juga dari tanaman – tanaman lain yang menempel atau tercampur pada tanaman rumput laut Eucheuma sp.
2. Pengeringan / Penjemuran.
Rumput laut yang telah dibersihkan kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di atas para-para bambu, atau di atas plastik, terpal atau jaring sehingga tidak terkontaminasi dengan tanah atau pasir. Pada kondisi panas terik matahari baik, rumput laut akan kering dalam waktu 2 – 3 hari.
3. Pembersihan Kotoran / Garam ( sortasi ).
Pada saat rumput laut di keringkan akan terjadi penguapan air laut dari rumput laut yang membentuk butiran garam yang melekat di permukaan thallusnya. Butiran garam tersebut perlu dibuang dengan mengayak atau mengaduk – aduk ruumput laut kering sehingga butiran garam turun.
4. Pengepakan Dan Penyimpanan.
Rumput laut yang sudah bersih dimasukan ke dalam karung plastik besar kemudian dipadatkan dengan cara di pres. Kemudian rumput laut tersebut di simpan dalam gudang dengan siklus udara yang baik, atap gudang tidak boleh bocor dan tiap tumpukan diusahakan di beri alas agar tidak lembab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar